Syarat dan Ketentuan Daftar Ulang Calon Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2019/2020

Diberitahukan kepada calon peserta didik yang dinyatakan lulus seleksi PPDB tahun Pelajaran 2019/2020 di SMPN 1 Tanjungpinang agar dapat melakukan pendaftaran ulang pada :
Hari : Senin – Selasa
Tanggal : 8 – 9 Juli 2019
Tempat : Aula SMP N 1 Tanjungpinang
Waktu : 08.00 – 12.00 WIB

Melengkapi persyaratan sebagai berikut :
1. Fotocopy Kartu Keluarga
2. Fotocopy Akte Kelahiran
3. Fotocopy NISN
4. Fotocopy Surat Keterangan Kelulusan dari Sekolah
5. Surat Keterangan Mengaji
6. Mengisi Formulir Dapodik
7. Mengisi Surat Pernyataan
8. Melampirkan Ukuran :
✓ Baju
✓ Celana atau Rok
✓ Sepatu
9. Melampirkan Pasfoto 3 x 4 cm 4 lembar
10. Map untuk zonasi:
✓ Biru = laki – laki
✓ Merah = perempuan
11. Map untuk prestasi dan pindah orang tua :
✓ Hijau = prestasi
✓ Kuning = pindah orang tua

*NB : Calon siswa yang diterima dalam jalur zonasi pada radius 56 – 661 Meter

Pesantren Solusi Dekadensi Moral

Bangsa Indonesia sedang berada pada posisi yang sangat rapuh. Berbagai permasalahan kian menjamur mengotori bangsa ini. Hal ini disebabkan oleh kondisi moral etika bangsa ini yang semakin jelas terlihat ketika persoalan demi persoalan bangsa semakin hari semakin sulit untuk diselesaikan, namun justru semakin tajam. Mulai dari kasus ketidakadilan hukum, kekerasan dan perbuatan korupsi yang semakin membudaya. Menurut data Indonesia Corruption Watch (ICW) tercatat 454 kasus kasus korupsi tahun 2018 dengan jumlah kerugian Negara sebesar Rp 5,6 triliun.

Penyebab rusaknya moral bangsa ini adalah pengaruh budaya luar, kurangnya penanaman nilai-nilai agama dan sistem pendidikan yang identik hanya menanamkan nilai-nilai pengetahuan saja. Sebab, sistem pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap benteng pengaruh budaya luar serta kunci peningkatan nilai-nilai agama.

Namun, upaya pembaharuan sistem pendidikan yang terus dilakukan tidak kunjung datang untuk memperbaiki masalah moral yang dihadapi bangsa ini pendidikan yang diterapkan saat ini masih menitikberatkan kepada nilai pengetahuan tanpa disertai dengan moral yang baik, hal tersebut akan memberikan dampak yang buruk bagi bangsa ini. Oleh karena itu, perlulah sebuah pendidikan yang tepat mencakup keduanya. Sehingga tidak hanya ilmu pengetahuan yang dikuasai, namun juga pengendalian moral yang baik Pesantren merupakan sebagai salah satu solusi terbaik mengapa?

Sistem nilai yang berkembang di pesantren memiliki ciri dan perwatakan sendiri, yang sering memberikan watak sub-kultural kepada kehidupan itu sendiri salah satunya dengan cara memandang kehidupan secara keseluruhan sebagai ibadat. Semenjak pertama kali memasuki kehidupan pesantren, seorang santri sudah diperkenalkan kepada dunianya sendiri, dimana peribadatan menempati kedudukan tertinggi. Mulai dari pola penggunaan waktu secara tersendiri dalam kehidupan sehari-hari yang mengikuti pola waktu bersembahyang lima kali sehari.

Selain itu, watak mandiri yang berkembang di pesantren dapat dilihat baik dalam sistem pendidikan atau pandangan hidup yang ditimbulkannya dalam diri santri. dibuktikan dengan kesediaanya untuk tinggal di pesantren dengan keadaan fisik yang kurang menyenangkan, ketersediaan bekal habis serta kesukaran kesukaran lainnya yang membebani santri. semua masalah tersebut dapat di tangguhkan karena kesadaran bahwa pesantren adalah “alat perjuangan” agama yang dapat merubah wajah moral di masyarakat disekitarnya.

Prinsip pesantren yang tidak memandang starata sosial mampu memberikan nilai plus. sehingga, tidak ada perbedaan diantara santri dengan santri lainnya hal tersebut ,memberikan dampak terhadap terjalinnya sikap interaksi sosial dan solidaritas yang tinggi.

Seiring perkembangan zaman bahwa pesantren ini tidak hanya identik dengan pengajaran agama saja melainkan, terdapatnya pengetahuan-pengetahuan umum yang disediakan di sekolah-sekolah lingkungan pesantren.selain itu, pesantren juga dapat berfungsi mengurangi kemiskinan ekonomi dengan memupuk jiwa wirausaha. hal tersebut disampaikan oleh mentri perindustrian , Airlangga Hartarto menuturkan, santri masa kini dituntut tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga mampu berwirausaha . pengetahuan umum yang dihasilkan dari perwujudan sekolah mampu memberikan kepercayan terhadap seorang santri., pengendalian moral yang tumbuh dari perwujudan pesantren dapat memberikan benteng kuat dalam menghadapi era modernisasi ini. teringat dengan perkataan seorang pelawak terkenal kasino” negara ini tidak kurang orang pintar tapi kurang orang yang jujur”

Adanya keselarasan Antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan dengan pengamalan sesuai di dalam kehidupan mendedikasikan bahwa pesantren merupakan sebuah solusi terbaik dekadensi moral yang terjadi di bangsa ini.

PUISI | Kasih, Mengapa dikau begitu ?

Senja menutup akhir cerita sang surya

Yang mengundang sinar rembulan

Dingin menghimpit raga yang rapuh

Menusuk tulang sembari tersenyum

Karenanya aku lemah nan layu

Karena dia, aku menunggu

Karena dia, aku setia

Karena ia, aku sakit

Karena semua darinya, aku begini

Aku bukanlah mawar yang indah bertangkai duri tajam

Bukan juga anggrek ungu yang berbenalu

Aku adalah aku

Insan lemah, budak kata-kata indah


Kenapa denganku ?

Salah apa aku ?

Kenapa harus dikau ?

Sang pujaan, bersenjata belati tajam

Bertopeng anonymous

Karenamu, aku menunggu

Karenamu, aku setia

Dan karenamu, aku begini

“Seenggaknya kau tahu, Beratnya berjuang ? Lelahnya menunggu ? dan Sakitnya bersabar ?”

Pendidikan di Sana, Di Mata Mereka

Pendidikan adalah hal yang penting, entah itu untuk laki-laki maupun perempuan. Sering terdengar kalimat, ngapain sih perempuan sekolah tinggi-tinggi, nanti juga di dapur sama kasur juga. Why ? Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ibu yang tahu akan ilmu akan mendidik anaknya dengan baik-diikuti dengan pengetahuan serta akhlak.

Miris memang. Sampai sekarang pun ibu saya masih di berikan dengan pernyataan seperti itu. Mamah hanya punya 2 anak, dua duanya perempuan dan alhamdulillah kuliah. I want to say, my parents are the best person. Why ?

Jadi, orangtuaku itu besar di daerah yang pedaleman. Akses sekolah susah banget. Bahkan bisa SMA aja adalah hal yang sangat sangat luar biasa akses dan biaya. Jadi rata-rata mereka hanya lulus SD, trus merantau ke kota. Jadi kalo lulus SMP itu bagus, kalo SMA itu wah bagus banget, anak orang kaya ini pasti.

Pola pikir masyarakat disana akan pentingnya pendidikan masih sangat sangat sangat belum paham. Tapi, orangtuaku tuh alhamdulillah banget mendukung anak anaknya sekolah, walaupun kami perempuan. Salut sama pemikiran papah mamah.

Pendidikan adalah hal yang penting, entah itu untuk laki-laki maupun perempuan. Sering terdengar kalimat, ngapain sih perempuan sekolah tinggi-tinggi, nanti juga di dapur sama kasur juga. Why ? Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ibu yang tahu akan ilmu akan mendidik anaknya dengan baik-diikuti dengan pengetahuan serta akhlak.

Miris memang. Sampai sekarang pun ibu saya masih di berikan dengan pernyataan seperti itu. Mamah hanya punya 2 anak, dua duanya perempuan dan alhamdulillah kuliah. I want to say, my parents are the best person. Why ?

Jadi, orangtuaku itu besar di daerah yang pedaleman. Akses sekolah susah banget. Bahkan bisa SMA aja adalah hal yang sangat sangat luar biasa akses dan biaya. Jadi rata-rata mereka hanya lulus SD, trus merantau ke kota. Jadi kalo lulus SMP itu bagus, kalo SMA itu wah bagus banget, anak orang kaya ini pasti.

Pola pikir masyarakat disana akan pentingnya pendidikan masih sangat sangat sangat belum paham. Tapi, orangtuaku tuh alhamdulillah banget mendukung anak anaknya sekolah, walaupun kami perempuan. Salut sama pemikiran papah mamah.

Kenapa saya bilang begitu ? Karena sampai saat ini, di daerah kampung saya pun masih ada, bahkan banyak yang belum paham akan pentingnya pendidikan. Satu, orang tua mampu, oke mampu disini maksudnya gak melulu finansial tapi mampu mau menyekolahkan anak, tapiii anaknya enggak mau sekolah.

Kebayangkan, gimana kalau cowo yang hanya lulus SD, orang tuanya mau sekolahin tapi anaknya gak mau. Gimana nanti kalo dia nikah ? Kasian anak istri. Yang kedua, anaknya mau sekolah tapi orang tuanya enggak mau ngebiayain. Sedih. Ini saya sering denger cerita dari mamah tentang temen-temen mamah yang dikampung, soal anaknya yang gak mau sekolah padahal ortunya pingin banget dan sebaliknya.

Daerah kampung saya terkenal sama anak anak yang jago main volley. Pas saya SMP disana, ya volley adalah olahraga favorit bagi mereka. Apadaya saya yang gak bisa main haha bola gak mantul tapi tangan udah merah-merah.

Jadi, ada SMA terdekat (guys jangan bayangin terdekat kaya di kota ya), iya SMA itu ngasih beasiswa ke anak yang berprestasi volley, tapi apadaya, anaknya gak mau sekolah. Sedih, pas kasus ini cowo loh. Padahal, thats a good opportunity !. Kalo saya jadi dia saya mah nerima bangeeeetttt !!!. Kata mamah papah saya, kan hanya ngeluarin buat seragam sama ongkos, sayang bangeeettt.

Saya belom ngerti sih alasan mereka gak mau lanjut pendidikan kenapa. Gemes kadang. Sampe mikir, emang belom ada penyuluhan akan pentingnya pendidikan ?. Belom saya tinjau sejauh itu sih hanya nerka aja, saya gak kenal petinggi di kampung saya soalnya haha :’).

Katanya dulu ada anak KKN, tapi gak ngerti ngerjain apa aja. Saya hidupnya gak disana, tapi sempet lah ngerasain SMP disana yang jalan kaki ke sekolah 3KM, bolak balik jadi 6KM. Itu jauh gak sih ? Sombong

Pendidikan itu penting banget. Bukan hanya soal nyari kerja, tapi ilmu itu emang penting buat kehidupan kalian. Seenggaknya masuk aja deh buat sekolah, jangan nyerah sebelom berjuang. Gak usah maksa buat pinter, seenggaknya masuk kelas, mau gak mau juga kalian harus maksa denger guru ngomong apaan.

Jujur emang, nyari kerja susah. Apalagi hanya lulus SD, bah ! . Yang lulus SMA aja harus punya sikil (skill maksud sayaaa), ya minimal bawa motor sama mainin komputer, excel sama word lah minimal lah.

Pernah ngajak sodara buat nerusin sekolah, paket juga gak apa apa. Dan jawabannya, males mikir. Cerita lah ke mamah, kata mamah : yaudalah ka, kalo jawabannya males mikir mah mau gimana lagi, udah mentok itu jawaban.

Padahal saya ngajak mereka yang notabene lagi kerja di kota, dimana akses buat sekolah gak susah susah amat kaya di desa. Apalagi sekolah macem KBM yang gratisss.. iya sekolah kejar paket.

Buat kalian yang masih sekolah dan orangtua dukung, hargai waktu kalian disekolah. Banyak disana yang sulit mendapatkan dan mau sekolah. :””’).

Salah Jurusan, Bukan Berarti Gagal Total

Anak-anak calon mahasiswa, mahasiswi ramai-ramai ikut test “minat dan bakat” atau IQ sebelum mereka mengambil jurusan di universitas tertentu.

Dipercayai bahwa test minat dan bakat itu akan menjadi parameter atau guideline agar tidak terjebak salah jurusan setelah masuk ke universitas.

Perguruan tinggi di Indonesia, apabila kita sudah salah masuk jurusan , untuk pindah jurusan yang diinginkan, harus mengulangi dari tingkat 1 lagi. Yang notebene tentu menelan biaya dan waktu yang cukup besar.

Ada pengalaman orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya ke universitas. Sang bapak adalah seorang profesor dari sebuah universitas terkemuka. Namun, untuk mengetahui bidang atau jurusan yang tepat untuk anaknya, dia terpaksa bertanya kepada temannya yang bukan seorang ahli pendidikan.

Dalam percakapan singkat terjalinlah suatu esensi bahwa “salah jurusan” itu sering terjadi.

Profesor: “Apa rekomendasimu untuk anakku , pilih jurusan apa?”

Teman: “Loh, kamu sebagai pakar dari teknologi, mestinya lebih memahami jurusan apa untuk anakmu!”

Profesor: “Justru, aku sedang bingung karena sekarang ini banyak anak yang setelah lulus di satu bidang misalnya accounting, tapi karena sulit dapat pekerjaan di industri yang membuka bidang accounting, dia bekerja di bidang farmasi”.

Teman: “Kegalauanmu itu tak usah terjadi karena link and match di dunia pendidikan dan pekerjaan itu belum diselesaikan di Indonesia. Memang terjadi ketidak selarasan antara kebutuhan industri dengan lulusannya. Misalnya kebutuhan industri untuk tenaga perbankan 100 , namun ternyata lulusan justru membludak baik dari akademi perbankan dan dari lulusan univeristas”.

Profesor: “Jadi apa yang hendak kamu ingin katakan dengan link dengan lulusan yang salah jurusan?

Teman: “Inilah keypointnya atau pokok utamanya. Jurusan apa pun di universitas tidak akan membekali kamu dengan kemampuan yang membuat kamu ‘siap kerja’!”

Ketika kamu bekerja sebagai “fresh graduate” tentu perusahaan akan memberikan training (baik in house maupun external training).

Kemampuan utama adalah agility, dimana dengan cepat dan tepat kamu dapat menyerap hal-hal baru dan menerapkannya.

Kemudian, dari situlah kita tetap perlu belajar tentang:

  • logical thinking
  • system thinking
  • analytical skills
  • big picture thinking

Kaitan dengan industri perbankan, dimana kamu harus bekerja di perbankan sementara kamu tidak memiliki background bidang perbankan atau ekonomi , artinya kita sedang mempelajari sebuah “system” , menganalisa dan bagaimana “system” itu berinteraksi dan berkolerasi dengan yang lainnya.

Seseorang yang punya ilmu di luar perbankan/ekonomi, misalnya lulusan Tehnik Kimia dapat menjadi seorang CEO sebuah bank karena dia mempelajari “proses” , “knowledge” yang mereka ketahui di proses ke banking system.

Namun, ternyata tidak mudah menghadapi orangtua yang punya persepsi “jadul” yang mengatakan kenapa susah-susah menjadi insinyur tehnik kimia, jika akhirnya harus kerja di perbankan.

Sekarang ini sudah memasuki zaman 4.0, jadi ada beberapa langkah agar kamu tidak salah jurusan baik itu saat sekolah atau bekerja.

a) Temukan “passion”

Seperti telah pernah saya ulas dalam tulisan saya, apa itu passion. Passion bukan suatu hobi, tetapi sesuatu yang membuat anda betah untuk mengerjakannya dan tidak berhenti sampai Anda memahami dan mengerjakan dengan senang hati.

b) Wujudkan mimpimu

Tanyakan kepada anak Anda apa mimpi atau cita-citanya di masa depan. Cita-cita ini harus dari dirinya sendiri bukan dorongan dari Anda sebagai orangtua.

c) Bantulah anak anda memilih salah satu bidang yang berkaitan dengan passionnya untuk mewujdukan mimpinya

Ketika Anda sebagai orangtua melakukan observasi apa yang disukai oleh anak, maka Anda membantu anak itu dengan mengarahkan atau memberikan fasilitas untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang yang disukainya. Berikan fasilitas seperti les, buku atau belajar intensif dengan profesional di bidang yang ingin ditekuninya.

Salah jurusan bukan suatu kartu mati, bahwa Anda tidak dapat berkutik lagi. Anda perlu banting setir dengan kemampuan agility dan capailah setinggi-tinggihnya kemampuan itu sehingga orang dapat melihat potensi besar dalam diri Anda.

Lulus Tepat Waktu atau Lulus di Waktu yang Tepat?

Idealnya seorang mahasiswa untuk bisa lulus mendapatkan gelar strata 1 membutuhkan waktu empat tahun. Namun pada kenyataannya ya ada saja mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan S1 dalam waktu empat tahun. Apa sebabnya? Ya banyak… entah karena dari masalah ekonomi, psikologis, moral prokastinator, dan sebagainya.

Yang jelas saya sebagai mahasiswa tingkat akhir ya merasakan betul betapa peliknya dinamika perkuilahan tingkat akhir. Rasanya seluruh masalah dari berbagai penjuru datang tiba-tiba tanpa kita minta. Masalah keluarga lah, masalah pasangan lah, masalah teman satu kosan lah, dan masalah perkuliahan. Ya begitulah, pelik.

Tapi betapa pun peliknya masalah yang menimpa para mahasiswa tingkat akhir, yang terpenting jangan lari. Jangan pernah lari dari masalah karena hanya akan membuat masalah semakin bertambah. Anggaplah masalah sebagai pelatihan untuk mendewasakan diri. Anggalah masalah adalah anugerah.

Idealnya seorang mahasiswa untuk bisa lulus mendapatkan gelar strata 1 membutuhkan waktu empat tahun. Namun pada kenyataannya ya ada saja mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan S1 dalam waktu empat tahun. Apa sebabnya? Ya banyak… entah karena dari masalah ekonomi, psikologis, moral prokastinator, dan sebagainya.

Yang jelas saya sebagai mahasiswa tingkat akhir ya merasakan betul betapa peliknya dinamika perkuilahan tingkat akhir. Rasanya seluruh masalah dari berbagai penjuru datang tiba-tiba tanpa kita minta. Masalah keluarga lah, masalah pasangan lah, masalah teman satu kosan lah, dan masalah perkuliahan. Ya begitulah, pelik.

Tapi betapa pun peliknya masalah yang menimpa para mahasiswa tingkat akhir, yang terpenting jangan lari. Jangan pernah lari dari masalah karena hanya akan membuat masalah semakin bertambah. Anggaplah masalah sebagai pelatihan untuk mendewasakan diri. Anggalah masalah adalah anugerah.

Perih? Sulit? Ya memang begitulah proses keluar dari masalah. Tapi percayalah, masalah-masalah yang datang ke kehidupan kita merupakan proses membentuk pendewasaan diri.

Tidak perlu cemas. Jangan khawatir, dibalik semua kesulitan ini pasti ada kemudahan. Dan jangan lupa kita masih punya Tuhan. Libatkanlah Tuhan dalam setiap proses perjuangan kita. Insyaallah semua akan terasa ringan.

Niatkan semua perjuangan untuk lulus S1 ini adalah ibadah agar kita bisa bersungguh-sungguh menjalani setiap prosesnya. Lulus tepat waktu atau tidak tepat waktu itu urusan nanti.. Yang penting nikmati saja prosesnya. Toh semua akan lulus di waktu yang tepat. Jangan berkecil hati jika tidak mampu lulus tepat waktu.

Seperti saya… Loh kok curcol? Gapapa lah yaa.. Baiklah. Saya ingin bercerita sedikir. Awalnya saya tidak menerima kenyataan bahwa saya tidak akan lulus tepat waktu bersama teman-teman seangkatan. Tapi apa daya? Ada sebab yang membuat saya tidak lulus tepat waktu. Saya memiliki penyakit yang harus segera ditangani.

Sedih memang melihat teman-teman sepermainan sudah berhasil menyelesaikan kewajiban studinya. Tapi ya sudahlah, setiap orang memiliki proses yang berbeda dan dinamika masalah yang berbeda. Buat apa berkecil hati? Lebih baik merencanakan kembali.

Ya, tulisan ini sebutulnya hanya curahan hati seorang mahasiswa tingkat akhir yang tidak lulus tepat waktu. Di dalam tulisan ini saya hanya ingin mengutarakan segala isi pikiran saya agar beban di pikiran saya setidaknya berkurang.

Apa yang ingin saya sampaikan? Ya tentang stigma lulus tepat waktu. Mana yang lebih baik? Lulus tepat waktu atau lulus di waktu yang tepat?
Awalnya saya memiliki keyakinan bahwa ya seorang mahasiswa yang tidak bisa lulus tepat waktu itu berarti dia bermasalah. Dia buruk. Dia pemalas. Begitulah penilaian saya terhadap mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu.

Gonjang-ganjing, Tepatkah PPDB Sistem Zonasi Diterapkan Saat Ini?

Setelah sekian lama pendidikan tidak terdengar kabar rimbanya, kini isu ini justru menjadi perbincangan di khalayak ramai. Televisi dan berbagai surat kabar memberitakan masalah pendidikan yang satu ini. Betul, sistem zonasi menarik banyak perhatian masyarakat untuk menyaksikan, mengkaji, dan tidak sedikit pula yang mencacinya.

Sistem yang sudah diterapkan sekitar tiga tahun lalu ini sejak kemunculannya sendiri memang telah menuai banyak kontroversi. Problem utama yang disesalkan terutama oleh orang tua murid adalah hak mereka untuk memilih sekolah idaman menjadi kandas.

Pasalnya lewat sistem zonasi, lokasi sekolah anak akan diutamakan supaya dekat dengan rumahnya. Dalam aturannya sistem zonasi ini tidaklah menjadi jalur utama untuk masuk ke suatu sekolah, ada juga kuota bagi siswa berprestasi dan tidak mampu yang presentasenya lebih sedikit.

Alasan selanjutnya dari hilangnya kesempatan untuk memilih sekolah idaman karena terganjal zonasi adalah lunturnya semangat para siswa untuk belajar dan meraih nilai tinggi khususnya dalam ujian nasional. Hal ini lagi-lagi bermuara pada sistem zonasi, karena dampaknya banyak dari siswa menjadi malas belajar. Beberapa diantaranya mengatakan begini “Buat apa capek belajar ngejar nilai tinggi, nggak akan bisa kepake buat masuk sekolah favorit”.

Tidak heran jika banyak orang tua murid yang lantas murka pada pemberlakuan sistem zonasi ini. Harapan mereka sebagai orang tua jelas menginginkan anaknya masuk ke sekolah dengan fasilitas yang mumpuni serta sudah dibuktikan dengan lulusan-lulusannya banyak yang sukses. Sebetulnya itu wajar-wajar saja ada dalam benak orang tua siswa.

Kemendikbud dalam kasus ini tentu mendapat pukulan telak sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam kekisruhan yang sekarang terjadi. Beragam kritik pedas terhujam padanya. Banyak yang menilai bahwa sistem ini masih terlalu prematur untuk diterapkan. Masih perlu dipersiapkan hal-hal lain sebelum sistem zonasi dapat dengan mudah akhirnya diterima oleh masyarakat.

Satu hal yang membuat sistem ini dipandang terburu-buru diterapkan adalah karena tidak disesuaikan dengan kualitas tiap sekolah yang merata. Masih ada kesenjangan antara sekolah yang sudah di cap favorit dan sekolah kelas biasa. Baik itu dari segi pendidik, ekstrakurikuler maupun fasilitas penunjang lainnya. Maka tak heran stempel “prematur” disematkan pada sistem zonasi.

Pemerintah, dalam hal ini kemendikbud justru memberi alasan sebaliknya. Muhadjir Effendy selaku menteri mengatakan bahwa dengan penerapan sistem zonasi malahan kualitas pendidikan di suatu daerah itu akan ketahuan mana yang sudah bagus dan mana yang belum, dan dengan begitu pemerintah juga akan lebih mudah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lokasi-lokasi yang masih rendah kualitasnya. Singkatnya dengan sistem ini diharapkan akan mampu memetakan dan menyamaratakan kualitas pendidikan.

Secara tujuan jelas sistem zonasi ini cukup futuristik. Mencoba menghilangkan era sekolah favorit dan coba menggantinya dengan kualitas semua sekolah sama. Namun dalam prakteknya tidak sedikit ditemukan banyak sekali kelemahan dan bahkan tindak kecurangan yang banyak kita baca seperti pemalsuan tempat tinggal dan SKTM.

Baiklah, saya akan tutup artikel ini dengan pertanyaan, benarkah sistem zonasi jika diterapkan “saat ini” akan membuat hilang cap sekolah favorit? Apakah tidak ada selain sistem zonasi? Bukankah ada sistem evaluasi kualitas pendidikan? Lalu mengapa hasil evaluasi itu tidak bisa membuat pemerintah memperbaiki dan menyamaratakan kualitas pendidikan?

Interogasi Sistem Zonasi?

Memasuki fase akhir penerimaan siswa baru tahun 2019, isu tentang “Sistem Zonasi Sekolah” masih melangit dalam opini pakar, pengamat, birokrat, dan masyarakat khususnya wali siswa yang skeptis tentang sederet peraturan baru Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Isu ini penuh sesak di berbagai unggahan platform media sosial, surat kabar dan merangkak menjadi headline news.

Banyak orang yang menghujani gugatan dengan penuh kejengkelan, ada juga sebagian orang menafsirkan pola itu tanpa keraguan berharap lahir perubahan. Quo Vadis itu menampilkan kemiripan dan memaksa kita untuk membaca ulang buku Bryan Magee yang berjudul “The Story of Philosophy” pada halaman 22.

Kita seakan sedang menyaksikan karya klasik dalam suatu adegan Awan (423 SM) atau “The Clouds” dalam bahasa Yunani Kouno “Nephelai” karya Aristophanes (masa hidupnya sekitar tahun 448-380 SM). Pada karya itu, Socrates sedang diinterogasi, terlihat Ia ditaruh dalam keranjang di atas kepala orang-orang Athena.

Pada karya itu, Socrates membuka alam pikiran, mengajari dan membangun prinsip-prinsip dialektika, mempertanyakan segalanya sambil menelanjangi ketidaktahuan orang muda Athena tentang negara (Bertrand Russel dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2015: 5).

Cara semacam itu ternyata menyebabkan dirinya dianggap sebagai sumber pengaruh yang subversif, sehingga kaum Sophis menuduh Socrates telah merusak jiwa orang muda Athena. Jadilah Socrates tokoh yang sangat kontroversial, dicintai sekaligus dibenci.

Lalu apa korelasi karya klasik itu dengan sistem zonasi saat ini? penyebabnya adalah pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memukul gong sebagaimana terkandung dalam Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 tentang PPDB. Akibatnya, publik dibuat geger oleh sistem baru itu.

Publik semakin kalut setelah digulirkan dan diimplementasikan 3 tahun belakangan pada sekolah-sekolah mulai jenjang dasar sampai menengah atas di Indonesia.

Argumentasi teoritis, praksis bahkan yuridis nyaris tidak mendapatkan ruang kesepahaman untuk meredam gejolak catatan penyelenggaraan yang sedang berlangsung. Sistem zonasi sedang diinterogasi sebagaimana penggalan sejarah hidup Socrates, oleh karena menata jalan pembaharuan dan perubahan.

Sungguh ironis, ketika bangsa ini sedang menghimpun modal sosial penuh optimisme untuk menjadi pemeran utama dalam percaturan global dengan bonus demografi pada satu abad kemerdekaannya tahun 2045 mendatang.

Pendidikan Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa

Pendidikan adalah hal yang sangat dianggap penting di dunia, karena dunia butuh akan orang-orang yang berpendidikan agar dapat membangun Negara yang maju. Tapi selain itu karakter pun sangat diutamakan karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya melihat pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang telah ia raih, melainkan juga pada karakter dari pribadi dari setiap orang.

Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang psikomotoriknya, masih banyak guru-guru di setiap sekolah yang hanya asal mengajar saja agar terlihat formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana etika-etika yang baik yang harus dilakukan.

Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Banyak pilarkarakter yang harus kita tanamkan kepada anak – anak penerus bangsa, diantaranya adalah kejujuran, yah kejujuran adalah hal yang paling pertama harus kita tanamkan pada diri kita maupun anak – anak penerus bangsa karena kejujuran adalah benteng dari semuanya, Demikian juga ada pilarkarakter tentang keadilan, karena seperti yang dapat kita lihat banyak sekali ketidakadilan khususnya di Negara ini. Selain itu harus ditanamkan juga pilarkarakter seperti rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun menyayangi adik – adik kelasnya, begitu juga dengan teman seangkatan rasa saling menghargai harus ada dalam diri setiap murid – murid agar terciptanya dunia pendidikan yang tidak ramai akan tawuran.

Sekarang mulai banyak sekolah – sekolah di Indonesia yang mengajarkan pendidikan karakter menjadi mata pelajaran khusus di sekolah tersebut. Mereka diajarkan bagaimana cara bersifat terhadap orang tua, guru –guru ataupun lingkungan tempat hidup.

Mudah – mudahan dengan diterapkannnya pendidikan karakter di sekolah semua potensi kecerdasan anak –anak akan dilandisi oleh karakter – karakter yang dapat membawa mereka menjadi orang – orang yang diharapkan sebagai penerus bangsa. Bebas dari korupsi, ketidakadilan dan lainnya. Dan makin menjadi bangsa yang berpegang teguh kepada karakter yang kuat dan beradab. Walaupun mendidik karakter tidak semudah membalikan telapak tangan, oleh karena itu ajarkanlah kepada anak bangsa pendidikan karakter sejak saat ini.

This startup found success delivering products

Sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.